Kisah yang akan diceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi di sebuah SMA di Bandung.
Awal kisah dimulai ketika para Panitia Bazar sebuah SMA mengadakan rapat di rumah salah seorang anggota Panitia. Seorang siswi yang juga anggota Panitia mengikuti rapat sebentar dan pulang terlebih dahulu.
Konon kisahnya ketika sampai di rumahnya dia ditanyakan oleh bapaknya kenapa sepatunya jadi berubah. Anaknya menjawab tadi tertukar waktu mengikuti rapat. Mendengar jawaban anaknya bapaknya langsung menegur anaknya dan mengirim sms ke Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan bahwa sepatu anaknya telah tertukar dan diharapkan sekolah menyelesaikan masalah ini dan mengembalikan sepatu yang tertukar. Kalau sekolah tidak mengembalikan maka masalah ini akan di laporkan ke polisi dan dianggap ada siswa yang mencuri dengan bukti sepatu yang ada pada anaknya.
Mendengar jawaban itu Wakasek Kesiswaan menanggapinya biasa-biasa saja. Karena merasa kurang ditanggapi maka keesokan harinya orang tuanya datang ke Sekolah dengan membawa polisi dan juga dikawal oleh beberapa orang temannya untuk memeriksa siapa yang dianggap mengambil sepatu anaknya.
Untuk melaksanakan pemeriksaan sepatu tersebut maka salah seorang Guru mengumumkan lewat Speaker System agar semua anggota Panitia Bazar yang ikut rapat dirumah salah seorang panitia untuk berkumpul di Pendopo.
Maka semua siswa yang ikut rapat berkumpul di Pendopo. Bapak siswi yang tertukar sepatu, anaknya, polisi dan beberapa temannya datang ke Pendopo dan siswa perempuan dengan nomor sepatu tertentu langsung disuruh berbaris dan sepatunya dibuka dan diperiksa satu persatu oleh siswi yang sepatunya tertukar. Yang lucunya dengan tanpa rasa berdosa bapak tersebut sempat-sempatnya menyuruh seluruh siswa yang berkumpul untuk bertepuk tangan terlebih dahulu.
Sampai akhirnya siswa tidak belajar selama dua jam pelajaran dan sepatu yang dicari tidak ditemukan.
Ternyata akhirnya diketahui bahwa yang menukarkan sepatu tersebut adalah siswi tersebut karena dia pulang duluan dan yang yang lainnya paling paling belakang.
Yang sangat menyedihkan siswi yang tertukar sepatunya itu menangis terus menerus sepanjang pemeriksaan sepatu mungkin karena merasa malu yang luar biasa dan hilangnya harga diri akibat orang tuanya yang terlalu over protektif terhadap sepatu tersebut.
Ternyata juga konon katanya bahwa semua barang anak terebut dari mulai pakaian, sepatu, buku dan lain-lain dari anak tersebut diberi tanda dan diberi nomor supaya tidak hilang dan kalau hilang ketahuan.
Hari begini masih ada orang yang merasa berkuasa dengan menunjukkan powernya bahwa dia berkuasa. Ketika ditanyakan orang tua siswi tersebut bekerja dimana ternyata hanya seorang pegawai negeri .
Makanya manusia perlu memilki emotional quotion yang baik. Kalau orang memilki emotional quotion yang baik tidak akan melakukan hal seperti di atas. Karena perbuatan tersebut menyebabkan rasa malu yang luar biasa dan jatuhnya mental dan harga diri orang yang menjadi korban. Mau diembunyikan dimana mukanya, gara-gara sepatu siswi tersebut menjadi buah bibir dari seluruh siswa SMA tersebut.....
Mudah2an cerita di atas bisa men jadi pelajaran bagi kita semua. Berfikir yang jernih sebelum mengambil suatu tindakan. jangan menggunakan emosi!
Mudah2an cerita di atas bisa men jadi pelajaran bagi kita semua. Berfikir yang jernih sebelum mengambil suatu tindakan. jangan menggunakan emosi!