Pages

Kamis, 27 April 2023

khutbah Bulan Syawal

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ . وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 133-135)

1. Gemar berinfaq

Karakter orang bertaqwa yang pertama adalah gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit (QS. Ai Imran: 134)

Bulan Ramadhan yang disebut juga sebagai syahrul infaq telah melatih kita untuk banyak berinfaq. Rasulullah juga mencontohkan, beliau yang sangat dermawan menjadi jauh lebih dermawan pada bulan Ramadhan.

Infaq dan sedekah yang telah dilatih di bulan Ramadhan itu, hendaknya menjadi karakter kita karena itulah karakter orang bertaqwa; berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Berinfaq baik di tanggal muda maupun tanggal tua. Tentu besarannya disesuaikan dengan kemampuan.

Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, mereka mencontohkan gemar berinfaq dalam segala kondisi. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfaq.

Umar radhiyallahu ‘anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta itu untuk jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika ditanya Rasulullah, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Umar menjawab, “Aku menginfakkan separuh hartaku dan untuk keluargaku masih ada separuh hartaku.”

Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih banyak daripada infaq Umar. “Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku.” Ketika ditanya Rasulullah, apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya.”

Umar yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, “Aku tidak pernah bisa mengungguli Abu Bakar.”

Selain Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk berinfaq. Ada pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq segenggam kurma.

Orang-orang munafik mengejek, “Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti itu.” Namun Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam kurma karena kemampuannya memang hanya sebesar itu.

Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Juga tidak ada ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh hartanya. Yang ada, justru kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan semakin berkah. Persis seperti sabda Nabi:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Tidaklah sedekah mengurangi harta” (HR. Muslim)

Hadist Muslim Rasululloh bersabda

Setiap anggota tubuh manusia memiliki keharusan sedekah pada setiap harinya. Yaitu seperti
1.Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah.
2.Menolong orang yang naik kendaraan atau menolong mengangkatkan barangnya ke atas kendaraan, itu juga termasuk sedekah.
3. Ucapan atau tutur kata yang baik adalah sedekah.
4.Setiap langkah yang kamu ayunkan untuk menunaikan sholat adalah sedekah.
5.Menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalanan umum adalah sedekah.” (HR Muslim

Maka mari kita miliki karakter orang bertaqwa ini. Jangan menunggu kaya baru sedekah, sedekahlah! Insya Allah kita akan dijadikan kaya oleh Allah

2. Menahan marah

Karakter orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi.

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

dan orang-orang yang menahan amarahnya (QS. Ali Imran: 134)

Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk mampu mengelola emosi dengan baik. Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar, menahan diri dan tidak marah. Bahkan sekalipun ada orang-orang yang memprovokasi atau mengajak kita berkelahi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ

“Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat. Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa” (Muttafaq ’alaih)

Marah sering kali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol, keputusan tidak bijak dan emosi tak terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita untuk bisa menahan marah dan hendaknya itu terus menjadi karakter kita.

Secara medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari darah tinggi, kolestreol, hingga diabet. Sebab marah memicu hormon kortisol.

Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu menahan marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat.

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Orang yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memafkan manusia

Karakter orang bertaqwa yang ketiga adalah adalah suka memaafkan.

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

Dan memaafkan manusia (QS. Ali Imran: 134)

Tak hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesahalah orang lain. Dan memaafkan tidak akan menurunkan harga diri seseorang, ia justru menambah kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا

“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya” (HR. Muslim)

Memaafkan juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia. Sebaliknya, tidak memaafkan alias mendendam akan memicu hormon kortisol yang mengakibatkan berbagai penyakit termasuk jantung, kanker dan stroke

4. Suka berbuat baik

Karakter keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; ia menjadi muhsinin.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Ali Imran: 134)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah orang yang membalas kejelekan dengan kebaikan.

Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahim dengannya, ini adalah contoh muhsinin. Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan menolongya saat membutuhkan, juga contoh muhsinin.

Ramadhan telah mendidik kita untuk berbuat baik kepada siapa pun. Dan sudah seharusnya karakter itu kita teruskan sepanjang tahun karena itulah karakter orang bertaqwa.

5. Segera bertaubat

Karakter kelima dari orang bertaqwa adalah segera ingat Allah dan bertaubat kepada-Nya ketika melakukan dosa dan kemaksiatan.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135)

Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa kecuali Rasulullah yang ma’shum. Setiap orang bisa salah, setiap orang bisa terperosok ke dalam dosa, setiap orang bisa berbuat maksiat. Yang paling penting adalah segera bertaubat; ingat Allah, memohon ampun kepadaNya dan tidak mengulanginya lagi.

Allah SWT berfirman dalam QS 66(, At tahrim) : 8

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

l
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."


Demikianlah karakter kelima dari orang bertaqwa, sekaligus mengakhiri khutbah pertama dari khutbah Jumat Syawal ini.

وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين

Minggu, 16 April 2023

Khutbah Gerhana Matahari

Khutbah Gerhana Matahari

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَوَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَأَمَّا بَعْدُ فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Jamaah Rahimakumullah,

Marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yaitu istiqamah dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Dengan demikian, mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta mendapat keridhaan Allah SWT di dunia dan di akhirat.Jamaah Rahimakumullah,Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 190-191:

إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

“Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran:190-191).

Hanya ulil albaab (orang-orang yang berfikir dengan iman) yang mau merenungi makna gerhana dan mengambil hikmahnya.

Gerhana kadang tampak menakutkan. Secara perlahan matahari menjadi gelap sebagian, lalu selama beberapa saat matahari berada pada fase gelap total, dan kemudian secara perlahan kembali pada wujudnya yang cemerlang.

Seolah matahari “dimakan” sesuatu yang luar biasa. Saat siang sinar matahari tiba-tiba gelap. Muncullah berbagai mitos di berbagai masyarakat.

Sebagian masyarakat ada yang percaya dengan mitos bahwa saat gerhana matahari dimakan raksasa sehingga orang-orang memukul berbagai benda untuk mengusir raksasa itu. Dan itu dianggap berhasil ketika matahari kembali benderang.

Sebagian masyarakat percaya juga dengan mitos yang mengaitkan gerhana dengan pertanda buruk tertentu. Pada zaman Rasululah SAW, mitos itu pun terekam di dalam beberapa hadits.


Saat putra Rasululah SAW, Ibrahim, wafat terjadi gerhana sebagian di wilayah Madinah. Orang-orang ada yang mengaitkan kematian Ibrahim dengan kejadian gerhana.


Namun Rasulullah SAW membantahnya dan mengajarkan nilai-nilai tauhid untuk menyikapinya. Kalau pun ada ketakutan yang muncul, takutlah kepada Allah yang menciptakan gerhana, bukan takut kepada gerhananya atau mitos-mitos yang tak jelas logikanya.


Di dalam hadits Abû Burdah dari Abû Mûsâ Radhiyallâhu ‘anhu, dikisahkan peristiwa gerhana di Madinah:“Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi Saw. langsung berdiri terkejut dan merasa ketakutan kiamat akan datang.
Beliau pergi ke masjid dan melakukan sholat yang panjang berdiri, ruku’, dan sujudnya. Setelah itu Nabi bersabda


إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ يَنْخَسَفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبّرُوْا، وَصَلُّوا ، وَتَصَدَّقُوْا ……


“Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, di mana keduanya tidak akan terjadi gerhanadisebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdo’a kepada Allah memohon ampunan-Nya, bertakbirlah dan dirikanlah shalat dan bersedakahlah.” (Muttafaq ‘Alaihi)


Jamaah Rahimakumulah,Ya, gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan sains, kita bisa lebih banyak mempelajari ayat-ayat-Nya di alam ini.


Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS Ibrahim:33)


Matahari dan Bulan beredar pada orbitnya masing-masing, bagaimana bisa menyebabkan gerhana? Pada awalnya orang-orang menganggap bumi diam, bulan dan matahari yang mengitari bumi dalam konsep geosentris.


Kemudian berkembang pemahaman matahari yang diam sebagai pusat alam semesta, benda-benda langit yang mengitarinya, dalam konsep heliosentris. Bulan dan Matahari juga dianggap punya cahayanya masing-masing.


Tetapi Al-Quran memberi isyarat, bahwa walau terlihat sama bercahaya, sesungguhnya bulan dan matahari berbeda sifat cahayanya dan gerakannya. Allah SWT berfirman:


هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).


Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus:5).


Ayat ini bukan hanya mengungkapkan perbedaan sifat cahaya matahari dan bulan, tetapi juga perbedaan geraknya.


Perbedaan orbitlah yang menyebabkan matahari tampak tidak berubah bentuknya, sedangkan bulan berubah-ubah bentuknya sebagai perwujudan perubahan tempat kedudukannya (manzilah-manzilah) dalam sistem bumi-bulan-matahari.

Kini sains bisa mengungkapkan sifat gerak dan sumber cahaya bulan dan matahari.Gerak harian matahari dan bulan, terbit di Timur dan terbenam di Barat, hanya merupakan gerak semu. Karena sesungguhnya bumilah yang bergerak.


Bumi berputar pada porosnya sekali dalam sehari sehingga siang dan malam silih berganti dan benda-benda langit pun tampak terbit dan terbenam, seperti halnya matahari dan bulan.


Sesungguhnya gerak yang terjadi bukan hanya bumi yang berputar pada porosnya, tetapi juga matahari dan bulan beredar pada orbitnya.


Bulan mengorbit bumi, sementara bumi mengorbit matahari, dan matahari pun tidak diam, tetapi bergerak juga mengorbit pusat galaksi. Cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir di intinya, sedangkan bulan berasal dari pantulan cahaya matahari.


Efek gabungan sudut datang cahaya matahari dan sudut tampak dari permukaan bumi menyebabkan bulan tidak selalu tampak bulat, tetapi berubah-ubah dari bentuk sabit ke purnama yang bulat, dan kembali lagi ke sabit tipis seperti pelepah kering. Allah SWT berfirman,


وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَوَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَأَمَّا بَعْدُ فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Jamaah Rahimakumullah,

Marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yaitu istiqamah dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Dengan demikian, mudah-mudahan kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta mendapat keridhaan Allah SWT di dunia dan di akhirat.Jamaah Rahimakumullah,Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 190-191:

إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَٰوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

“Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran:190-191).

Hanya ulil albaab (orang-orang yang berfikir dengan iman) yang mau merenungi makna gerhana dan mengambil hikmahnya.

Gerhana kadang tampak menakutkan. Secara perlahan matahari menjadi gelap sebagian, lalu selama beberapa saat matahari berada pada fase gelap total, dan kemudian secara perlahan kembali pada wujudnya yang cemerlang.

Seolah matahari “dimakan” sesuatu yang luar biasa. Saat siang sinar matahari tiba-tiba gelap. Muncullah berbagai mitos di berbagai masyarakat.

Sebagian masyarakat ada yang percaya dengan mitos bahwa saat gerhana matahari dimakan raksasa sehingga orang-orang memukul berbagai benda untuk mengusir raksasa itu. Dan itu dianggap berhasil ketika matahari kembali benderang.

Sebagian masyarakat percaya juga dengan mitos yang mengaitkan gerhana dengan pertanda buruk tertentu. Pada zaman Rasululah SAW, mitos itu pun terekam di dalam beberapa hadits.


Saat putra Rasululah SAW, Ibrahim, wafat terjadi gerhana sebagian di wilayah Madinah. Orang-orang ada yang mengaitkan kematian Ibrahim dengan kejadian gerhana.


Namun Rasulullah SAW membantahnya dan mengajarkan nilai-nilai tauhid untuk menyikapinya. Kalau pun ada ketakutan yang muncul, takutlah kepada Allah yang menciptakan gerhana, bukan takut kepada gerhananya atau mitos-mitos yang tak jelas logikanya.


Di dalam hadits Abû Burdah dari Abû Mûsâ Radhiyallâhu ‘anhu, dikisahkan peristiwa gerhana di Madinah:“Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi Saw. langsung berdiri terkejut dan merasa ketakutan kiamat akan datang.
Beliau pergi ke masjid dan melakukan sholat yang panjang berdiri, ruku’, dan sujudnya. Setelah itu Nabi bersabda


إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ يَنْخَسَفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبّرُوْا، وَصَلُّوا ، وَتَصَدَّقُوْا ……


“Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, di mana keduanya tidak akan terjadi gerhanadisebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdo’a kepada Allah memohon ampunan-Nya, bertakbirlah dan dirikanlah shalat dan bersedakahlah.” (Muttafaq ‘Alaihi)


Jamaah Rahimakumulah,Ya, gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan sains, kita bisa lebih banyak mempelajari ayat-ayat-Nya di alam ini.


Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS Ibrahim:33)


Matahari dan Bulan beredar pada orbitnya masing-masing, bagaimana bisa menyebabkan gerhana? Pada awalnya orang-orang menganggap bumi diam, bulan dan matahari yang mengitari bumi dalam konsep geosentris.


Kemudian berkembang pemahaman matahari yang diam sebagai pusat alam semesta, benda-benda langit yang mengitarinya, dalam konsep heliosentris. Bulan dan Matahari juga dianggap punya cahayanya masing-masing.


Tetapi Al-Quran memberi isyarat, bahwa walau terlihat sama bercahaya, sesungguhnya bulan dan matahari berbeda sifat cahayanya dan gerakannya. Allah SWT berfirman:


هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).


Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus:5).


Ayat ini bukan hanya mengungkapkan perbedaan sifat cahaya matahari dan bulan, tetapi juga perbedaan geraknya.


Perbedaan orbitlah yang menyebabkan matahari tampak tidak berubah bentuknya, sedangkan bulan berubah-ubah bentuknya sebagai perwujudan perubahan tempat kedudukannya (manzilah-manzilah) dalam sistem bumi-bulan-matahari.

Kini sains bisa mengungkapkan sifat gerak dan sumber cahaya bulan dan matahari.Gerak harian matahari dan bulan, terbit di Timur dan terbenam di Barat, hanya merupakan gerak semu. Karena sesungguhnya bumilah yang bergerak.


Bumi berputar pada porosnya sekali dalam sehari sehingga siang dan malam silih berganti dan benda-benda langit pun tampak terbit dan terbenam, seperti halnya matahari dan bulan.


Sesungguhnya gerak yang terjadi bukan hanya bumi yang berputar pada porosnya, tetapi juga matahari dan bulan beredar pada orbitnya.


Bulan mengorbit bumi, sementara bumi mengorbit matahari, dan matahari pun tidak diam, tetapi bergerak juga mengorbit pusat galaksi. Cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir di intinya, sedangkan bulan berasal dari pantulan cahaya matahari.


Efek gabungan sudut datang cahaya matahari dan sudut tampak dari permukaan bumi menyebabkan bulan tidak selalu tampak bulat, tetapi berubah-ubah dari bentuk sabit ke purnama yang bulat, dan kembali lagi ke sabit tipis seperti pelepah kering. Allah SWT berfirman,


وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِ

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.

Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk pelepah yang tua.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yaasiin: 37-40)

Walau tampak matahari dan bulan berjalan pada jalur yang sama, tidak mungkin keduanya bertabrakan atau saling mendekat secara fisik, karena orbitnya memang berbeda.

Perjumpaan bulan dan matahari saat gerhana matahari hanyalah ketampakkannya, ketika matahari tampak terhalang oleh bulan yang berada di antara matahari dan bumi.

Dan pada saat gerhana bulan, bulan dan matahari berada pada posisi yang berseberangan sehingga cahaya matahari yang mestinya mengenai bulan, terhalang oleh bumi. Bulan purnama menjadi gelap karena bayangan bumi.

Jamaah Rahimakumulah,Sains menjelaskan fenomena yang sesungguhnya. Sains menghilangkan mitos dan meneguhkan keyakinan akan kekuasaan Allah. Gerhana kita ambil hikmahnya, bahwa Allah menunjukkan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya dengan fenomena itu. Keteraturan yang luar biasa yang Allah ciptakan memungkinkan manusia menghitung peredaran matahari untuk digunakan dalam perhitungan waktu dan digunakan untuk memprakirakan gerhana. Mari kita buktikan bahwa sains telah memprediksi gerhana pagi ini. Ketika kita menyaksikan kebenaran prakiraan sains, bukan kebanggaan intelektual yang kita tunjukkan melainkan ungkapan:Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau (dari segala kekurangan), maka (ampunilah segala kesalahan penjelahan intelektual kami dan) peliharalah Kami dari siksa neraka.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ