Menikah adalah fitrah manusia. Setiap orang yang menikah pasti menambakan anak. Orang tua, dan anak-anaknya adalah keluarga. Orang tua berkewajiban menjaga keluarganya dari api neraka.
"Hai orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,penjaganya malaikat-malaikat yang kasar , keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang iperintahkanNya kepada mereka dan selalu ,mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahriim : 6)
Anak adalah asset bagi orang tua yang yang harus dijaga, dipelihara, dididik menjadi manusia yang sholeh dan cerdas. Sebagai asset karena salah satu amal jariah yang masih terus mengalir ketika kita sudah meninggalkan alam dunia ini adalah anak yang sholeh.
" Apabila meninggal anak Adam maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal.
Yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya" ( Hadist)
Anak sholeh adalah anak yang beriman dan bertaqwa, menjalankan segala perintah Alloh dan menjauhi segala larangannya. Orang tua akan terus memperoleh pahala dari anak yang sholeh ( amal jariah) karena keberhasilannya mendidik anaknya tersebut .Tentu untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Harus penuh perjuangan, penuh kesabaran dan penuh keikhlasan. Tanpa ketiga hal ini mustahil kita bisa mendidik anak menjadi anal yang sholeh.
Dalam ajaran Islam anak dilahirkan sebagai bayi yang suci, tanpa dosa sedikitpun dan tidak menanggung dosa siapapun. Bayi yang baru lahir bagaikan selembar kertas yang siap ditulis dengan tulisan apapun dan diwarnai dengan warna apapun oleh orang tuanya. Maksudnya bahwa karakter, tingkah laku, akhlaq anak kita nanti setelah dewasa sangat tergantung kepada bagaimana orang tua menidik anaknya. Walaupun pengaruh lingkungan juga tidak bisa diabaikan.
Dalam sebuah hadist Rosululloh berabda:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orangtuanyalah yang meyahudikannya, memajusikannya, dan menasranikannya."
Dari hadist diatas jelas bahwa yang membentuk anak menjadi sholeh atau tidak adalah kedua orang tuanya.
Untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh syarat utamanya adalah kedua orang tuanya harus menjadi orang tua yang sholeh dulu karena bayi atau anak akan meniru tingkah laku, ucapan, tindakan dan akhlak orang tuanya.
Sebagai contoh kalau orang tua sering berbicara kasar dirumah pasti anaknya juga akan berbicara kasar. Sebaliknya bila orang tua suka berbicara lemah lembut pasti anaknya juga akan berbicara lemah lembut.
Di dalam debuah hadist Rosululloh bersabda:
"Didiklah anak-anakmu dan perbaguslah adab mereka" (HR. Ibnu Majah)
Di dalam Islam anak dan harta adalah fitnah (cobaan), maka orang tua harus bersiap-siap menghadapi berbagai cobaan dalam menghadapi tingkah laku anaknya.
" Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan (fitnah) dan sesungguhnya disisi Alloh lah pahala yang besar." ( QS. Al Anfaal : 28 )
Menurut Drs. H. Ahmad Yani dalam Buku Khutbahnya minimal ada 5 kiat untuk mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh:
Kesatu:
Orang tua harus memberikan keteladanan kepada anak-anaknya.
Jelasnya untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh orang tuanya harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Kalau menyuruh anak sholat, orangtuanya harus sholat dulu. Kalau menyuruh anak membaca Qur'an, orang tuanya harus bisa dulu membaca Qur'an atau orang tua sering membaca Al-Qur'an , dst. Karena amat besar kebencian disisi Alloh bagi orang yang menyuruh orang lain berbuat baik tapi dia sendiri tidak melakukannya.
"Amat besar kebencian disisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan"QS. AsH-Shaaf : 3 )
Bahkan dalam Surat lain Alloh mengatakan bahwa orang yang demikian adalah orang yang tidak berfikir.
"Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan? sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kamu berfikir?" (QS.AL-Baqoroh : 44)
Kedua:
Mendidik anak dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik semenjak kecil.
Anak harus dibiasakan melakukan hal-hal yang baik semenjak kecil. Misalnya anak yang berumur 7 tahun diajak dan diperintahkan untuk shalat walaupun shalat itu belum wajib baginya. Demikian juga ajak shaum ramadhan, walaupun shaum itu belum wajib baginya, dan seterusnya. Sehingga ketika anak sudah aqil baligh sudah terbiasa untuk melakukan kewajiban.
"Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur 7 tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka" (HR. Abu Dawud)
Ketiga:
Mendidik dengan pengajaran dan dialog (diskusi).
Bila anak sudah mendapat keteladanan dan pembiasaan, maka langkah ketiga dalam mendidik anak adalah dengan memberikan pengajaran dan dialog. Anak diajarkan ajaran Islam sesuai Al-Qur'an dan As-Sunah baik secara formal atau tidak formal. Dalam proses pengajaran itu anak mngkin menemukan atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya, maka orang tua mnegjak anak berdiskusi untuk menjelasakan apa yang dipermsalahkan oleh anak, sehingga akhirnya ank jai mengerti benar tentang ajaran Islam.
" Serulah Kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalanNya an Dialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl : 125)
Keempat:
Mengawasi dan menasehati
Ketika anak sudah mulai terbiasa menjalankan kewajibannya tidak boleh dilepas begitu saja tetapi perlu tetap diawasi. Karena pengaruh lingkungan sangat kuat. Sebagai orang tua kita harus menanyakan kepada anak kita sudah shalat atau belum, bila waktu shalat sudah tiba. Bila anak sedang berada di luar rumah harus ditanyakan sedang dimana. Orang tua juga harus tahu siapa saja teman-teman dekat anaknya kalau perlu disuruh diajak ke rumah agar orang tua tahu bagaimana karakter atau sifat teman-temannya.
" Seseorang mengikuti agama temannya, karena itu perhatikanlah kepada siapa orang itu berteman" (HR. Tirmizi)
Bila anak berbuat kesalahan maka orang tua wajib menasehatinya dengan penuh kasih sayang. Harus dijelaskan kepada anak bahwa orang tua marah bukan karena benci tapi karena begitu sayangnya kepada anak.
Kelima :
Mendidik dengan cara memberikan hukuman atau sangsi bila anak tidak melakukan kewajibannya, dan memberi reward atau hadiah bila anak taat menjalani kewajibannya.
Bila anak tidak melakukan kewajibannya maka orang tua harus memberikan nasihat dengan lemah lembut dan cara yang baik. Tapi bila masih juga belum berubah maka harus dengan cara yang lebih keras. Tapi tentunya tidak dengan cara sampai menyakiti anak. Misalnya anak dikurangi uang jajannya, dilarang bermain diluar rumah, dan lain-lain.
Isyarat mendidik anak dengan cara demikian sesuai dengan hadist perintah shalat di atas, tujuh tahun suruh shalat, sepuluh tahun belum mau shalat dipukul. Namun hadist ini jangan dijadikan alasan kita memukul anak karena kesalahannya, maksud hadist ini adalah bahwa dalam mendidik anak harus melalui proses atau tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tingkat usia anak.
Juga jangan lupa memberikan reward kepada anak bila dia disiplin melakukan kewajibannya, sehingga anak akan menjadi lebih bersemangat lagi dalam menjalankan kewajibannya.
Demikianlah sedikit kiat mendidik anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar