Blog ini adalah kumpulan berbagai macam tulisan dari buah fikiran saya yang saya alami, saya amati, dan saya baca. Kenapa dibelakang Judul Blog ada tambahan d'Is? d'Is adalah judul rumus Fisika ketika saya selesai menurunkan suatu rumus pada waktu saya mengajar. Sehingga d'Is sangat populer dikalangan anak didik saya..........
Jumat, 28 Desember 2012
KAKEK YANG MEMPUNYAI HARGA DIRI
Saat berkumpul bersama keluarga adalah saat saat yang paling indah dalam rumah tangga.Bermacam-macam cerita dan curhat dari anak anak saya. Malam ini ada sebuah kisah pengalaman nyata dari anak saya yang tentunya bisa kita jadikan teladan dalam kehidupan kita.
Ketika anak saya sedang berjalan-jalan di sekitar Masjid Salman ITB dia melihat-lihat pedagang kaki lima yang ada diseputarnya. Dia kaget ternyata diantara para pedagang itu ada seorang kakek yang sudah tua renta hanya berjualan amplop. Terjadi dialog antara anak saya dengan sang kakek
Anak saya bertanya:" Ki, Aki tinggal dimana?"
Kakek :"Saya tinggal di Rancaekek di sebuah kampung!"
Anak saya :"Kok jauh Ki. Pakai apa kesininya?"
Kakek:"Pakai bis kota".
Anak saya : "Berapa ongkosnya?"
Kakek:" Dua ribu rupiah? Itu pun kalau Aki punya uang. Kalau engga punya uang pinjem dulu ke warung sebelah. Kalu punya uang baru di bayar"
Anak saya:" Aki punya istri?"
Kakek:" Engga, sudah meninggal?"
Anak saya:"Aki punya anak?"
Kakek:" Punya. Tapi sudah menikah. Dan jarang pulang."
Anak saya:"Jadi Aki di rumah sendiri ya?"
Kakek;" Iya. Rumah saya jelek dan kalau hujan suka bocor dimana-mana".
Anak saya:" Kenapa Aki hanya berjualan amplop? Tidak berjualan yang lainnya seperti orang lain?"
Kakek:" Aki kan sudah tua. Ga kuat membawa yang berat-berat. Amplop kan ringan. Ini pun Aki dapat minjam dari toko dekat rumah Aki. Ini kwitansinya. Nanti kalau sudah laku Aki bayar."
Anak saya:"Sebungkus Aki jual berapa?"
Kakek:"Seribu rupiah!".
Anak saya menjelaskan bahwa satu bungkus amplop isinya 10 buah dan dijual seribu rupiah.
Anak saya:"Engga kemurahan Ki. Di warung saja harga satu amplop dua ratus rupiah."
Kakek: "Engga. Yang penting Aki bisa buat makan!"
Anak saya :" Berapa untungnya dari satu bungkus?"
Kakek:" Lima puluh rupiah!"
Lalu anak saya menceritakan bahwa dia dengar dari orang-orang bahwa kakek tersebut tidak mau diberi uang lebih dari harga amplopnya kecuali diberi makan. Alasannya dia bukan pengemis tapi bekerja.
Untuk menguji ucapan si Kakek anak saya membeli dua dus amplop.
Anak saya:" Ki saya beli dua bungkus amplop.". Sambil menyerahkan uang Rp.20.000,-
Kakek:" Ga ada kembaliannya!"
Anak saya:" Biar saja Ki saya ikhlas sedekah buak Aki."
Kakek:"Maaf neng, Aki disini bekerja bukan pengemis!"
Anak saya:"Aki punya uang berapa?"
Kakek :" Sepuluh ribu"
Anak saya:" Ya sudah kesinikan yang sepuluh ribunya. Sepuluh ribunya saya ikhlas sedekah buat Aki."
Baru Aki itu mau menerima pemberian anak saya.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari kisah diatas?
Bahwa sesuai dengan hadis Rosululloh : " Al yadul ulya khoirullakum min al yadussufla, tangan diatas jauh lebih baik dari tangan di bawah", artinya adalah bekerja sesuai dengan kemampuan kita untuk mencari rezeki adalah lebih baik dari menjadi seorang pengemis. Seperti yang dilakukan oleh si kakek.Walaupun usia sudah lanjut dia tetap bekerja sesuai dengan kemampuannya dan tidak mau menghinakan dirinya dengan menjadi pengemis yang hanya menerima belas kasihan dari orang lian
Kita lihat dijalan jalan, khususnya perempatan jalan dikota kota besar banyak orang-orang yang badannya masih kokok kekar menjadi pengemis. Padahal masih banyak pekerjaan lain yang masih bisa mereka kerjakan daripada mejadi seorang pengemis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar