4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u ÇÊÈ
dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain[1], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS.
An.Nisa :1)
[1] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila
mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan
nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu
dengan nama Allah.
tûïÏ%©!$#ur tbqè=ÅÁt !$tB ttBr& ª!$# ÿ¾ÏmÎ/ br& @|¹qã cöqt±øsur öNåk®5u tbqèù$ssur uäþqß É>$|¡Ïtø:$# ÇËÊÈ
dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan[771], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut
kepada hisab yang buruk.( QS.
AR-Ra’du 21)
Peerbedaan
silaturahim da silaturahmi
SILATURAHIM”
karena terdiri dari dua kata yaitu “shilah”
=menyambung/menghubungkan dan “Rahim”
(rahim wanita/kekeluargaan/kekerabatan)
silaturahim
digunakan untuk kaum kerabat dan mereka adalah orang-orang yang diantara sesama
mereka memiliki hubungan nasab, baik mewariskannya atau tidak, baik memiliki
hubungan mahram atau tidak
Untuk ke orang lain misalnya teman bukan
silaturahim, tapi ziyarah..
Silaturahmi berasal dari kata shilah =menyambungkan,
rahmi = rasa sakit yang luar biasa yang dialami oleh perempuan yang sedang
melahirkan
Hadist- hadist tentang silaturahim
(1) tidak boleh memutuskan silaturahim
kita lihat dalam hadits berikut, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ
مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata:
“Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang
siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”.(muttafaqun alaih)
(2) Harus silaturahim
من كان يؤمن
بالله واليوم الخر فليكرم ضيفه من كان يؤمن بالله واليوم الخر فليصل رحمه ومن كان
يؤمن بالله واليوم الخر فليقل خيرا او ليصمت (متفق عليه)
“siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormatilah tamu.
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka haruslah silaturahim, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka bicaralah yang
baik atau diam”.
3. Menjalin silaturahim
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ
تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ
الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya,
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan
orang tua dan kerabat).” (HR.
Bukhari no. 5983)
Abdurrahman
ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ
اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah
’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku
mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga
haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR.
Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Kisah Nabi Musa:
Ketika N. Musa sedang
mengajarkan murid-muridnya yang duduk bersila melingkar mengelililingi N, Musa,
tiba tiba datang Kucing Hitam. Kucing Hitam itu duduk menghadapi seseorang dan
tidak berpindah sehingga pengajian selesai.
Setelah pengajian selesai
orang yang didepan kucing bertanya kepada N. Musa. Siapakah kucing Hitam itu ya
Musa. Musa menjawab itu adalah malaikat Izrail yang akan mencbaut nyawamu. Tapi
karena engkau sedang berkumpul maka Izrail menunda mncabut nyawamu dan mengatakan
bahwa usiamu tinggal satu bulan lagi......
Mendengar itu maka orang
tersebut wajahnya pucat dan cepat cepat pualang ke rumah dan mengabarkan apa
yang dikatakan N Musa kepada keistri dan keluarganya . Karena dia merasa
ajalnya tinggal sebulan lagi mka orang tersebut mengunjungi sanak saudaranya
yang dekat maupun yang jauh untuk
bersilaturahim dan meminta maaf,
kemudian dia banyak bersedekah, yang slama ini jarang dilakukannya mendatangi
tetatngga dan teman untuk mminta maaf.
Ketika tiba hari yang
ditentukan maka orang tersebut tidur di tempat tidurnya ditunggu oleh sanak
saudaranya. Ditunggu, sehari , dua hari sampai seminggu malaikat izraoil belum
datang juga. Krena kesal maka dia
mendatangi N Musa dan mengatakan Musa bohong. Mendengar itu maka N Musa
menjawab kamu tidak jadi dicabut nyawanya sekarang karena . Orang tersebut
berkata kenapa? Musa menjawab karena kamu sudah menyambungkan silaturahim...
Hal ini sesuai dengan
sabda Rosululloh saw.
“مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.
“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan
rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”.(HR. Bukhori Muslim)
Manfaat silaturahim
1. diluaskan rizki
2. dipanjangkan umurnya
“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ
وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.
“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan
rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”.(HR. Bukhori Muslim)
3. Membawa kecintaan dalam keluarga { keakraban dan saling mencintai diantara kerabat dan keluarga)
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَلَّمُوا مِنْ
أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ
مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. وَمَعْنَى قَوْلِهِ «
مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ ». يَعْنِى زِيَادَةً فِى الْعُمُرِ.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: "Belajarlah dari
nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu
dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat
memperpanjang umur."
Dari Abu
Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Siapa
yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan
diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
4. Dijamin
masuk syurga
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga pemutus
(silaturrahim)”. (HR. Bukhori
Muslim)
5. Dijaga haknya oleh Alloh
Abdurrahman
ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ
اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah
’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku
mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga
haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR.
Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Akibat
memutuskan silaturahim
1. disegerakan
azabnya bagi yang memutuskan silaturahim
Dari Abu
Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang
amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
مَا مِنْ ذَنْبٍ
أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى
الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ
وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak
ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di
dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada
perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang
tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah
no. 4211, shahih)
Abdullah bin
’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ
بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
”Seorang
yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang
dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi
adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya
diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
2. Memakan
bara api neraka
أَتَى رَجُلٌ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ،
إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونَ ، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ
وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ ، وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ ، قَالَ :
لَئِنْ كَانَ كَمَا تَقُولُ كَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ ، وَلا يَزَالُ
مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِك
Abu Hurairah
berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha
menyambung silaturrahmi dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika
saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka
bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang
engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api
dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.”
(HR. Muslim no. 2558)
3. Tidak akan masuk syurga
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk
surga pemutus (silaturrahim)”. (HR. Bukhori
Tidak ada komentar:
Posting Komentar