Syirik adalah menyekutukan Alloh dengan makhluk. Atau menganggap ada yang lebih berkuasa atau lebih memberi kekuatan selain Alloh. Atau menganggap ada Tuhan lain selain Alloh swt.
Misalnya : keris pusaka memiki kekuatan, atau percaya jimat bisa melindungi kita dari bahaya.
Atau kebiasaan bila akan membangun jembatan harus menyembelih kerbau atau sapi. Kepalanya ditanam dibawah tanah agar rumahnya terhindar dari bahaya.
Atau setiap tahun nelayan melarungkan makanan ke kaut, sebagai rasa syukur terhadap rizki yang diberikan oleh laut.
Atau menyembelih kambing sebagai
persembahan kepada leluhur dan dilemparkan ke dalam sungai, dan banyak lagi perbuatan yang merupakan kebiasaan leluhur dan di teruskan oleh keturunannya.
Semua itu adalah syirik. Syirik adalah dosa besar yang tidak akan dismpuni Alloh swt.
Sesungguhnya Allah TIDAK MENGAMPUNI dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yg Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisa: 48)
Teryata kisah tentang kemusyrikan itu tidak hanya terjadi di Indonesia tapi terjadi juga di Mesir. Pada awal masuk Islam Penduduk Sungai nil masih percaya hal hal tahayul yang berbau musyrik tetsebut., seperti kisah Umar Bin Khattab yang menulis surat pada singai nil.
Kisah ini dikutip dari Republika,
Monday, 16 Jan 2017 10:38 WIB
Umar Bin Khattab Tulis Surat untuk Sungai Nil, Apa Isinya?
Sungai Nil yang membelah Kota Kairo, Mesir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ada banyak kisah supranatural dalam sejarah generasi Islam awal yang memang jarang dan nyaris tak pernah sampai di telinga kita.
Di antaranya adalah kisah surat Umar bin Khattab RA, khalifah kedua pengganti Rasulullah SAW, yang ditulis kepada Sungai Nil. Ada apakah gerangan?
Cerita surat Umar tersebut dinukilkan dari kitab ulama Nusantara, asal Termas, Jawa Timur yang hidup abad ke-19, yaitu Syekh Mahfuzh at-Tarmasi dengan judul Bughyat al-Adzkiya’ fi al-Bahtsi ‘An Karamat al-Awliya.
Dalam kitab yang oleh Penerbit Sahifa dialihbahasakan dengan judulNabi Khidir dan Keramat Para Wali itu dikisahkan, pada masa jahiliyah, jika Sungai Nil tidak mengalir dalam satu tahun dilemparlah tumbal berupa seorang perawan ke dalam sungai terpanjang di dunia tersebut.
Ketika telah masuk masa Islam, pada suatu saat, Nil yang seharusnya sudah mengalir, ternyata tidak mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi 'Amr bin 'Ash, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Mesir.
Mereka melaporkan bahwa sungai dengan panjang 6.650 km kering sehingga harus diberi tumbal dengan melempar seorang perawan yang dilengkapi dengan perhiasan dan pakaian terbaiknya.
Kemudian 'Amr bin Ash RA berkata kepada mereka, "Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut."
Akhirnya penduduk Mesir bertahan selama tiga bulan tanpa aliran air dari sungai yang pada masa sekarang membelah kurang lebih sembilan negara di kawasan Afrika itu. Mereka benar-benar menderita.
'Amr menulis surat kepada Khalifah Umar menceritakan peristiwa tersebut. Dalam surat jawaban untuk 'Amr bin 'Ash, Umar menyatakan, "Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut. Aku akan menulis sesuatu pada secarik kertas dan lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil!" Kemudian 'Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke sungai Nil.
Kemudian 'Amr melempar kertas tersebut ke sungai Nil sebelum kekeringan benar-benar terjadi. Sementara itu, penduduk Mesir telah bersiap-siap pindah meninggalkan Mesir.
Pagi harinya, ternyata Allah SWT telah mengalirkan Sungai Nil enam belas hasta dalam satu malam.
Ketika itu 'Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke Sungai Nil, ternyata kertas tersebut berisi tulisan Khalifah Umar untuk Sungai Nil di Mesir yang menyatakan:
"Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri maka jangan mengalir. Namun, jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu maka kami mohon kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu mengalir."
Kisah ini juga merupakan salah satu bukti karamah yang dimiliki oleh generasi Islam masa awal.
Semoga bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh swt.