Pages

Sabtu, 24 Januari 2009

Kiat hidup tenang 2......

Ketika ibu yang punya warung menyajikan kopinya pada saya datang seorang bapak yang umurnya kira-kira 40 tahun, duduk diseberang saya lalu juga memesan secangkir kopi.
Disisi jalan sekitar warung terlihat banyak sekali mobil yang diparkir, kira-kira 10 mobil, dan banyak pula anak-anak kecil usia Tk atau SD beserta orang tuanya...dan ada pula beberapa laki-laki yang sedang memberi instruksi kepada anak-anak tersebut..
Sambil melihat situasi itu saya bertanya kepada bapak yang ada di depan saya:
“ Ada acara apa ini Pa” tanya saya
“ Ini acara anak-anak.” Jawab bapak tersebut
“Acaranya apa?” tanya saya lagi
“Mungkin hiking” Jawab bapak tersebut
Saya penasaran, lalu bertanya lagi,
“Hiking kemana,Pa?’ Tanya saya
“Mungkin sekitar sini saja” jawab bapak tersebut....
“ Oooooo.....!” jawab saya.
Kami diam sejenak, sambil meminum kopi kami masing-masing. Saya lihat Si Bapak mengambil beberapa kue...
“Bapak orang sini?” saya kembali bertanya.
“Bukan. Saya mengantar anak saya yang mau hiking itu” jawabnya.
“O begitu?” jawab saya.
“Bapak kelihatan segar, sering naik sepeda ya. Sendirian atau rombongan?” Tanya si Bapak.
“Alhamdulillah Pa, saya memang senang naik sepeda , setiap hari libur atau setiap ada kesempatan. Saya naik sepeda sendirian. Ada sih teman. Tapi jarang bareng kecuali kalau ada fun bike saja.” jawab saya.
“ Bapak kerja dimana? Kembali bapak tersebut bertanya.
“ Saya guru, Pa!” jawab saya
“Guru dimana?” tanyanya penasaran
“Guru SMA 20?” jawab saya.
“ Ooo...yang dibelakang Gedung sate ya” kata si bapak
“ Iya Pak!” kata saya.
“Maaf Pak kenalkan nama saya Ismadi, bapak siapa? kata saya.
“Saya We*da” jawabnya.
“Rumah bapak dimana?” katanya
“ Di Sadang Serang, Pa” jawab saya.
“Rumah saya di Cibabat!” katanya
Obrolan kami semakin asyik....
“ Saya salut kepada bapak, hanya seorang guru, tapi kok kelihatannya hidupnya tenang sekali seperti enggak pernah ada beban dalam hidupnya. Apa kiatnya Pa?. Saya pengen seperti bapak, tapi kayaknya sulit!” kembali Pa We*da bertanya.
“Kiatnya sederhana, Pa!” kata saya

“ Pertama harus banyak bersyukur dengan apa yang diberikan Alloh kepada kita. Saya yakin dengan Firman Alloh:” Barangsiapa yang bersyukur pasti akan aku tambahkan nikmatku. Tapi barang siapa yang kufur kepadaKu, sesungguhnya azabKu amat pedih”. (Surat Ibrahim ayat 7)”

“Kedua” Kata saya,” Qona’ah, merasa cukup dengan rizki yang diberikan Alloh kepada kita. Setiap orang memiliki rizki yang berbeda-beda. Belilah barang kalau benar-benar dibutuhkan. Misalnya laptop harus dibeli karena memang itu diperlukan, demikian juga mesin cuci, motor, atau apa saja yang yang kita anggap sangat dibutuhkan. Kalau tidak dibutuhkan pisan jangan di beli”

“Ketiga !” kata saya, “ Jangan panas atau iri atau dengki bila melihat orang lain atau teman mendapat kelebihan rizki. Misalnya melihat teman beli mobil, kita harus bersyukur alhamdulillah teman punya mobil, barangkali sekali-sekali bila ada keperluan bisa pinjam....”

“Nah itulah yang belum bisa saya lakukan. Saya selalu berusaha mendapatkan yang saya inginkan walaupun kadang-kadang diluar kemampuan saya, sehingga kadang-kadang membuat saya frustasi” kata Pa We*da.

“Keempat”lanjut saya” Kalau ada masalah yang menimpa kita selesaikan dengan logika dan jangan dijadikan beban. Misalnya pernah ada tulisan di tembok yang isinya menghina saya yang bunyinya ‘Ismadi ta* anj*ng’, saya berfikir pakai logika pasti yang nulisnya tidak menggunakan logika. Kalau ‘Ismadi ta* anj*ng’, muridnya apa? Tentu akan lebih rendah dari itu. Dan logika saya mengatakan yang nulis itu kan hanya satu orang. Wajar kalau dari 900-an murid saya ada satu orang yang tidak senang.Dan orang tidak akan menjadi hina karena dihina orang lain”Kata saya.

“Nah itulah yang membuat saya salut pada bapak. Kok bapak bisa begitu mudah menghadapi masalah. Saya enggak bisa seperti itu. Sebenarnya baru-baru ini saya punya masalah.
Ada seseorang yang kurang mampu .Tiap bulan saya kasih satu karung beras, biaya sekolah anak-anaknya bahkan biaya hidup keluarganya. Saya kasih dia betul-betul dengan ikhlas, karena rasa kemanusian. Pada suatu hari orang itu marah-marah kepada saya didepan orang banyak tanpa alasan dengan umpatan dan makian dengan bahasa kasar, lalu orang tersebut mau melemparkan gelas kopi yang dipegangnya kepada saya. Karena malu yang luar biasa, saya menjadi kalap. Lalu saya hajar orang itu sampai babak belur padahal badannya jauh lebih besar dari badan saya. Saya dipangil P*l*s* dan saya jelaskan apa adanya dengan banyak saksi yang menyaksikan. Tapi P*l*s* tidak terima karena korban babak belur. Akhirnya saya ditahan dan bisa keluar kalau mau menyerahkan sejumlah uang kepada P*l*s*. Saya tidak mau karena memang saya merasa tidak bersalah. Silah kan saja saya ditahan. Setelah 8 hari ditahan saya di keluarkan dari tahanan tanpa membayar apapun. Tapi akhirnya saya menyesal” kata Pa We*da.

“Wah, orang tersebut orang yang engga tahu diri” kata saya.
“ Ya sejenis itulah! Kata Pa We*da.

“Masih ada kiat lain Pa” kata saya
“Yang kelima, selalu ingat bahwa kita akan mati. Kalau kita mati enggak ada yang dibawa kecuali amal kita. Dalam hadistnya Rosululloh bersabda:”Keluar bersama mayit tiga hal yaitu hartanya, keluarganya, dan amalnya. Kembali dua yaitu hartanya dan keluarganya, yang kekal (ikut) adalah amalnya”. Jadi buat apa mengejar dunia secara berlebihan. Toh nanti tidak ada harta yang dibawa kalau kita mati. Bagi saya harta asal cukup, yang penting bisa beramal dan bisa beribadah dengan tenang”

“Yang keenam, perbanyak shalat malam atau shalat tahajud. Insya Alloh, Alloh akan memberikan kemudahan, ketenangan, dan kebahagian dan kelancaran kepada kita. Shalat tahajud ini dilakukan setelah tidur walaupun hanya sekejap. Tapi yang paling afdhol adalah sepertiga malam terakhir, kira-kira jam tiga sampai menjelang shubuh, karena itulah waktu mustajab!Sampaikan keluh kesah kita. Sampaikan permohonan kita, insya Alloh akan di kabulkan Alloh . Dalam Qur’an Alloh Berfirman:’ Pada sebagian malam lakukan shalat tahajud sebagai ibadah tambahan kepadamu. Mudah-mudahan Alloh menempatkanmu pada tempat terpuji’” kata saya.

“Oya ..maaf Pa ! bapak agamanya apa?” kata saya lagi.

“Dulu waktu kita masih kecil kita beragam Islam semuanya. Tapi kami pernah tinggal di Jerman selama 10 tahun. Bapak saya suka sekali membaca. Entah kenapa akhirnya kita pindah agama. Akhirnya di rumah kami agamanya beda-beda” kata Pa We*da.

“O begitu Pa” kata saya.

Akhirnya setelah kami ngobrol ngalor ngidul tentang berbagai hal dari politik, Palestina, Obama dan lain-lain dan waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 saya membayar secangkir kopi yang telah saya minum kepada Ibu yang punya warung, saya permisi pulang karena mau mengantarkan anak saya ke PVJ.
Ternyata orang yang saya ajak ngobrol adalah non muslim.....
Sungguh pengalaman sangat berharga....

4 komentar:

  1. cerita yang menarik pa is

    BalasHapus
  2. wah pak salut lha keliling gunung naek sapedah haaa
    diantos artikel tentang murid pak komo nu baraong mah haa

    saya murid bapak neh ipa 4
    kunjungi jg abdiselcon.blogspot.com
    diantos

    BalasHapus
  3. wah pak salut lha keliling gunung naek sapedah haaa
    diantos artikel tentang murid pak komo nu baraong mah haa

    saya murid bapak neh ipa 4
    kunjungi jg abdiselcon.blogspot.com
    diantos

    BalasHapus
  4. wah pak salut lha keliling gunung naek sapedah haaa
    diantos artikel tentang murid pak komo nu baraong mah haa

    saya murid bapak neh ipa 4
    kunjungi jg abdiselcon.blogspot.com
    diantos

    BalasHapus