GURU FAVORITE VS GURU PROFESIONAL
Guru dengan murid bagaikan ikan dengan air. Keduanya saling membutuhkan. Fungsi guru zaman dahulu adalah mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada murid-muridnya. Guru zaman baheula adalah sebagai sumber ilmu. Guru seolah-olah "buku berjalan" yang memiliki pengetahuan tentang segala sesuatu yang tidak dimiliki oleh peserta didiknya bahkan oleh orang kebanyakan.
Bila ada sesuatu masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat maka pada zaman dulu orang-orang selalu meminta pendapat guru. Guru adalah manusia segala bisa.
Sekarang paradigma tentang guru sudah berubah. Guru tidak lagi dianggap sumber ilmu pengetahuan atau mengetahui segala sesuatu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat membuat guru tidak lagi dianggap satu-satunya sumber belajar. Sumber belajar ada dimana-mana, di internet, di buku, di jalan, di rumah, di masjid, di jalan, di perpustakaan, di pasar. di taman, dan lain-lain. Peserta didik bahkan bisa lebih pintar daripada gurunya dalam sesuatu hal. Guru sekarang hanya berfungsi sebagai fasilitator, motivator, katalisator, dan lain-lain bagi peserta didiknya.
Sebagai fasilitator, guru memfasilitasi peserta didiknya. Fasilitas apa saja yang harus dimiliki oleh peserta didiknya. Peserta didik harus memiliki sarana belajar yang memadai misalnya memiliki buku texbook, memiliki LKS, memiliki alat-alat gambar, memiliki alat-alat tulis yang diperlukan, memiliki laptop, memiliki flash disc, dan alat-alat lain sesuai kebutuhan mata pelajarannya.
Sebagai motivator, guru selalu memberi semangat atau motivasi kepada peserta didiknya bahwa pada dasarnya tidak ada manusia yang bodoh didunia ini yang ada hanyalah manusia yang malas. Kalau peserta didik rajin dan disiplin dalam belajar pasti bisa. Oleh sebab itu peserta didik harus rajin belajar dan bekerja keras memahami ilmu yang di terimanya sehingga memperoleh nilai atau hasil yang maksimal. Bila ada peserta didiknya yang mengalami kesulitan dalam belajar , guru dengan ikhlas harus membantunya dan memberi semangat kepada peserta didiknya .
Bila ada murid yang memperoleh hasil belajar yang kurang optimal guru harus tetap memberi motivasi dan memberikan hak remedial teaching kemudian memberikan remedial test sehingga peserta didiknya berhasil.
Sebagai kalisator guru harus memberikan tugas-tugas tambahan diluar jam pelajaran sehingga kemampuan dan wawasan peserta didiknya makin cepat bertambah. Tugas yang diberikan bisa mencari informasi-informasi baru dari internet, membuat resensi buku, membuat karya ilmiah, mengadakan penelitian dan melaporkannya, serta tugas-tugas lain yang relevan dengan mata pelajarannya. Peserta didik tidak lagi menjadi objek tetapi peserta didik harus menjadi mitra gurunya sehingga antara murid dan terjadi interaksi yang harmonis dan menyenangkan.
Guru favorite.
Paradigma tentang guru favorit juga sudah saatnya di ubah. Sebaiknya sekolah tidak mengadakan angket atau pemilihan guru favorit kalau tidak diserta kriteria-kriteria yang jelas. Yang paling objektif adalah memilih guru teladan dengan kriteria yang jelas pula. Karena kalau bicara guru teladan adalah bicara tentang keteladanan. Guru yang bisa menjadi teladan atau ikutan para peserta didiknya.
Selama ini yang disebut guru favorit versi peserta didik adalah yang memenuhi kriteria :
- guru yang tidak pernah marah atau membiarkan murid-muridnya melakukan apa saja pada saat jam pelajaran seperti ngobrol, chating, dan lain-lain.
- guru yang tidak pernah atau jarang memberikan tugas tambahan
- guru yang ulangan enggak pernah diperiksa tapi nilai LHBS bagus
- guru yang kalau di kelas hanya bercerita saja
- guru yang tidak pernah menegur siswa yang melanggar tata tertib sekolah
- guru yang tidak pernah menanyakan keberadaan siswa di kelas atau tidak pernah mengabsen.
- guru yang membiarkan siswa terlambat masuk kelas atau keluar kelas pada jam pelajaran.
- Dan lain-lain
Inilah kriteria guru favorit yang saya simpulkan dari pooling yang diadakan oleh siswa sebuah SMA Negeri di dalam websitenya.
Dari ktriteria di atas tidak ada satupun yang menunjukkan kriteria guru frofesioanal.
Kriteria Guru Profesional Menurut Undang-undang Guru ( UU RI NO. 14 TAHUN 2005) adalah:
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau diploma empat (D4).
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi kepribadian adalah kondisi guru sebagai individu yang memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan bidang studi/mata pelajaran yang akan ditransformasikan kepada peserta didik secara luas dan mendalam.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sertifikat profesi guru sebagaimana dimaksud diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
Dari uraian di atas bagi guru silahkan pilih , guru favorit atau guru profesional ? Hanya hati nurani andalah yang dapat memilihnya.
Bagi peserta didik ubahlah mainset anda dari guru favorit menjadi guru profesional sehingga kalian menjadi peserta didik yang frofesional juga.
secara keseluruhan siswa memilih guru favorit berdasarkan itu sih... tapi ada beberapa siswa yang memilih berdasarkan cara mengajarnya. walau bagaimanapun bapak insya allah bisa menjadi guru favorit dan guru profesional. Yang penting Konsep...
BalasHapusSebutan guru favorit yang menyematkan adalah murid. Maka dengarkan apa kata hati mereka, kita akan menjadi pendengar yang baik , mengerti kemauan mereka, dan mengikuti alur pikir mereka, tetapi kita punya daya jual untuk "menawarkan" sesuatu yang ada pada diri guru..moment saling memahami inilah yang menyebabkan gelombang otak dan gelombang RUH guru dan murid saling MENYAPA, MENGENAL, dan BERKOLBORASI. Itulah yang disebut dengan kepercayaan dan wibawa....semoga bermanfaat.
BalasHapus