Pages

Jumat, 12 Juni 2009

K . O . R . E . K . S . I . D . I . R . I .



Sekarang sedang panas-panasnya kampanye calon presiden lewat media massa baik media elektronik, TV, internet, koran ataupun radio.
Berbagai macam cara dilakukan oleh calon-calon presiden tersebut.

Bagi calon presiden yang sudah pernah menjadi presiden (inkumben) berkampanye dengan mempertunjukkan keberhasilannya selama menjadi presiden.

Bagi calon presiden yang pernah menjadi wapres berkampanye bahwa sesungguhnya keberhasilan presiden sekarang adalah sebenarnya merupakan jerih payahnya juga.

Bagi calon presiden yang belum pernah menjadi presiden berkampanye dengan cara mencari-cari kesalahan atau kelemahan presiden inkumben dengan berbagai cara.

Yang paling tidak etis adalah bagaimana salah seorang seniman Butet Kertarajasa dengan bangga menyampaikan monolog dengan membeberkan berbagai macam kelemahan calon presiden inkumben didepan ribuan massa yang sedang menyaksikan Deklarasi Pemilu Damai dengan disambut tepuk tangan dan sorak riuh rendah massa. Butet mendapat pesanan atau order dari seorang capres yang membuat calon presiden inkumben memerah.

Yang menjadi masalah sebenarnya adalah bahwa Butet Kertarajasa bersikap subjektif karena hanya menyampaikan atau mengkritik berbagai kelemahan calon Presiden inkumben dengan tidak ada satu katapun menceritakan tentang keberhasilan calon presiden inkumben.

Sebenarnya Butet Kertarajasa tidak akan menimbulkan banyak kontroversi bila seandainya di dalam monolognya dia juga membeberkan keberhasilan Presiden inkumben.

Di dalam Agama Islam bila kita melihat sesuatu dilihat dari banyaknya manfaat (kebaikan) atau mudhorot (kejelekan) sesuatu atau banyaknya perbuatan yang baik dan yang buruk yang dilakukan seseorang. Kalau dilihat lebih banyak manfaatnya maka perbuatan orang itu baik tapi kalau banyak mudhorotnya maka orang itu tidak baik.

Makanya mari kita bercermin.
Lihat diri kita sudah baik atau belum.
Lihat diri kita apa yang telah kita perbuat untuk orang lain.
Lihat diri kita apakah kita sudah bermanfaat atau belum bagi orang lain, karena sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Didalam sebuah hadist Rosululloh bersabda:" Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu, Koreksilah diri sendiri sebelum mengkoreksi orang lain"

Hadis ini mengajarkan kepada kita lebih baik banyak-banyak mengoreksi diri sendiri daripada banyak-banyak mengoreksi orang lain.
"Semut diseberang lautan kelihatan tetapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan" kata H. Oma Irama.Artinya kalau melihat kesalahan orang lain sangat mudah tetapi kalau melihat kesalahan diri tidak kelihatan sama sekali.

Mengkritik orang lain boleh saja, tapi harus dilakukan dengan cara yang baik.

Firman Alloh dalam Al-Qur'an (16) : 125

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

Dari ayat ini dan hadis diatas ada beberapa cara untuk mengoreksi orang lain:
1. dengan hikmah
2. dengan pelajaran yang baik
3. bantah dengan cara yang baik
4. mengkoreki diri sendiri terlebih dulu, hasibu anfusakum qobla an tuhasabu,
5. jangan mengkritik/mengoreksi sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya.

Firman Alloh dalam Surah Ash Shaff ayat 2
"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar