Pages

Senin, 04 Mei 2009

MENAKUTI ORANG LAIN DAN RASA TAKUT

Waktu saya masih SMP saya suka usil menakut-nakuti orang, terutama malam hari.
Saya mempunyai dua orang sahabat yang kebetulan satu kampung, dan satu Sekolah.
Jarak SMP saya dari kampung kira-kira 10 km. Kami berangkat dari rumah ke sekolah dengan menggunakan sepeda.

Waktu itu sepeda motor belum ada di kampung. Kalaupun ada yang punya dari kampung lain. Itupun hanya satu atau dua. Orang yang mampu membeli sepeda kategorinya adalah orang-orang mampu. Dan orang yang menyekolahkan anaknya ke SMP adalah orang yang mengerti.

Ketika itu di kampung saya yang sekolah SMA hanya satu orang. Yang sekolah ke SMP hanya 3 orang, termasuk saya. Dan di daerah saya belum ada SMA Negeri. SMA satu-satunya yang ada adalah SMA swasta. SMP ada dua. Satu SMP Negeri dan satu lagi SMP swasta. Saya dan dua orang teman saya adalah siswa sekolah negeri.

Kami berangkat dari rumah setiap pagi melewati jalan krikil yang warnanya merah.
Kalau panas sangat berdebu dan bila hujan sangat becek.
Jalan itu jalan yang penuh kenangan yang kami lalui selama tiga tahun dengan sepeda.

Tamat SMP Kami berpisah. Saya masuk SMA di Bandung dan dua teman saya masuk STM di Ibukota Kabupaten. Setelah saya tamat SMA dan dua teman saya tamat STM kami ketemu lagi di Bandung. Alhamdulillah semuanya jadi sarjana dengan jurusan yang berbeda.

Ada banyak cerita lucu yang yang kami lakukan pada waktu kami masih SMP. Salah satunya yang akan saya ceritakan di bawah ini.

Di daerah tempat tinggal saya adat pernikahannya dilakukan dengan cara massal. Dalam satu kampung pernikahan massal bisa lima atau sepuluh pasang bahkan lebih. Dan di depan rumah penganten pasti ada musik Dangdut. Bila musim nikah tiba maka hampir setiap malam kita datang ke kampung yang menyelenggarakan pernikahan massal tersebut dengan menggunakan sepeda untuk menonton musik dangdut tersebut.

Suatu malam di sebuah kampung yang bersebelahan dengan kampung saya ada pernikahan massal.
Saya seperti biasa berangkat bertiga dengan teman saya. Jaraknya sekitar 6 km dari kampung saya tapi diantara kampung tidak ada perumahan. Yang ada adalah hutan rimba. Dan diantara kampung dengan kampung pasti ada kuburan. Kebetulan antara kampung saya dengan kampung tersebut ada kuburan tua. Kalau malam orang selalu takut melewati kuburan tersebut.

Di kampungpun waktu itu belum ada listrik. Kalau pun ada listrik sumbangan dari pertambangan yang dipasang di Masjid dan di tiang depan masjid, tempat kami biasa berkumpul dan bermain pada malam hari sehabis mengaji Al Qur'an.

Setelah puas nonton musik dangdut kami pulang duluan. Tapi kami tidak langsung pulang kekampung. Kami berhenti dikuburan tua tersebut dan menyembunyikan sepeda kami di semak-semak. Lalu kami membawa pasir dan kami bersembunyi.

Setiap ada orang yang lewat kami lempar pakai pasir.
Ada seorang perempuan yang juga menggunakan sepeda dalam suatu rombangan dan berada pada posisi yang paing belakang sampai menjerit-jerit karena ketakutan yang luar biasa.

Seperti biasa setelah pulang dari nonton dangdut kami kumpul didepan masjid. Ketika kami tiba orang-orang sedang ramai bercerita tentang peristiwa yang dialaminya. Dan ada yang bertanya kepada kami, ada yang melempar enggak di kuburan tua? Kami jawab enggak. (Ya pasti enggaklah karena yang melemparnya adalah kami bertiga.)

Suatu malam kami kembali pergi ke kampung lain karena ada nikah massal. Saya berangkat dengan kakak saya bersama rombongan lain. Kami berangkat habis magrib.
Dalam perjalanan saya berada pada bagian belakang rombongan.

Ketika tiba ditengah-tengah kuburan tua yang saya sebutkan di atas tiba-tiba sandal jepit saya lepas. Karena gelap saya memanggil kakak saya. Tapi kakak saya tidak kedengaran. Akhirnya dengan rasa takut yang luar biasa saya berhenti dan mencari sandal saya di dalam kegelapan.

Waktu saya sedang mencari-cari sandal tiba-tiba didepan saya lewat sesosok makhluk yang sangat besar dan tinggi yang tingginya setinggi tiang listrik. Makhluk tersebut menyeberang jalan menuju arah kuburan.Saya terkesima dan tidak dapat bergerak.

Setelah makhluk tersebut masuk ke area kuburan saya baru tersadar dan saya ambil sandal dan saya kayuh sepeda saya sekencang-kencangnya menyusul rombongan yang sudah jauh meninggalkan saya.
Setelah bergabung kembali dengan rombongan saya tidak cerita apa-apa, takut nanti kalau pulangnya saya ditinggalkan. Pada waktu pulang saya berada didepan rombongan. Dan setelah sampai di depan masjid barulah saya ceritakan kejadian itu kepada yang lain.
Kejadian itu masih terekam dalam otak saya sampai sekarang. Kalau malam hari saya takut kalau melewati kuburan itu seorang diri.

2 komentar: