Khutbah idil fitri tahun ini di lapangan Gedung Serba Guna (GSG) di tempat saya tinggal disampaikan oleh Bp. Ust. KH.Drs. Deden Syamsu Hidayat, pengasuh sebuah Pesantren di Bandung.
Lapangan GSG yang cukup luas penuh sesak diisi oleh jamaah sampai tumpah ruah ke jalan-jalan disisi lapangan.
Sebelum khutbah dimulai saya tampil paling pertama dan menyampaikan beberapa penguman dan ucapan Selamat Idil Fitri serta permohonan maaf kepada seluruh jamaah atas nama pribadi dan atas nama Ketua DKM Al-Muhajirin beserta seluruh pengurusnya.
Selanjutnya yang tampil adalah Bapak Ketua RW.14 Sadangsari yaitu Bp. R. Kundrat, S.Sos., yang mewakili Ketua RW., Panitia Pembangunan Masjid, dan Panitia BAZIS. Setelah itu barulah dilaksanakan shalat Id dua rakaat dan khutbah Idil Fitri oleh Bp. Ust. KH. Drs. Deden Syamsu Hidayat.
Khutbah yang disampaikan cukup ringkas tetapi penuh makna karena disampaikan dengan tanpa teks dan cara penyampaian yang sangat menarik.
Isi khutbahnya pada intinya bahwa tidak ada artinya shaum kita bila kita tidak bertaubat terhadap kesalahan yang pernah kita lakukan. Beliau menjelaskan kriteria tobat yang diterima dengan cara yang sangat menarik sehingga banyak diantara jamaah yang menangis tersedu-sedu.
Ciri-ciri taubat yang diterima menurut beliau ada delapan sesuai dengan kriteria taubat yang sudah sering kita dengar.
- Beragama Islam
- Dilakukan dengan ikhlas
- Mengakui segala dosa yang pernah kita lakukan
- Menyesali segala dosa yang pernah kita lakukan
- Menjauhi dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah kita lakukan
- Berjanji dan bertekad tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan pada masa yang akan datang.
- Apabila dosa yang dilakukan terhadap manusia harus meminta maaf atau mengembalikan harta yang diambil kepada yang berhak.
- Dilakukan pada waktunya, yaitu sebelum mati.
- Dikisahkan bahwa Abu Bakar Assidiq pernah memakan makanan yang diberikan oleh seorang hamba. Biasanya beliau selalu menanyakan sumber makanan yang beliau makan. Tapi karena terlalu lapar beliau lupa menanyakannya. Selesai makan barulah ditanyakan. Ternyata makanan yang dimakan adalah dibeli dari uang dari hasil meramal hamba tersebut sebelum masuk Islam. Mendengar itu Abu BAkar langsung memuntahkan makanan yang beliau makan dari mulutnya. Karena beliau takut dengan Hadist Rosululloh yang berbunyi : "Badan yang tumbuh subur dari makanan yang haram akan merasakan api neraka".
- Dikisahkan ada ada anak kecil yang sedang menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanya oleh seorang sufi. Kenapa kamu menangis? Karena aku takut masuk neraka jahanam setelah akau membaca ayat Qur'an "Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Bahan bakarnya adalah manusia dan batu". Kamu tidak akan masuk neraka karena kamu masih anak-anak kata sufi. Tapi bahan bakar neraka jahanam adalah manusia dan batu. kata si anak. Sebelum dimasukan kayu yang besar-besar pasti yang dimasukkan adalah rantingnya.Makanya aku takut. Sufi itu kemudian berkata dalam hatinyanya ternyata anak kecil ini lebih takut neraka dari aku.
- Dikisahkan pula ada seorang sufi yang sangat miskin yang hanya memiliki selembar pakaian. Kalau dia mau mencuci pakaiannya dia berendam didalam air sampai pakaiannya kering dijemur. Tiba-tiba ketika dia sedang berendam di air ada sebutir apel terbawa hanyut air sungai. Dia kemudian berfikir ini mungkin rizki dari Alloh. Lalu dimakanlah apel itu dengan lahapnya karena kebetulan sedang sangat lapar. Setelah makan buah apel tersebut ternyata semua hapalan Al-Qur'an dan Hadist yang ada di otaknya hilang semuanya. Kemudian dia berfikir apa sebabnya sampai semua hapalan hilang. Setelah dipikir ternyata mungkin karena memakan buah apel yang bukan haknya. Karena ingin mengembalikan hapalannya maka dia berjalan menuju hulu sungai sampai akhirnya bertemu dengan kebun apel dan meminta kepada yang empunya untuk menghalalkan apel yang dia makan. Si empunya bilang boleh saya akan halalkan tapi kamu harus bekerja dikebun ini selama satu tahun tanpa gaji. Karena tetap ingin dihalalkan maka sang sufi pun bersedia. Setelah satu tahun berkerja dia kembali menagih janjinya agar dihalalkan sebutir buah apel yang telah dimakannya. Si empunya bilang boleh saya akan halalkan tapi kamu harus menikah dengan putriku. Sang sufi sangat senang karena dia memang masih bujangan. Tapi si empunya bilang bahwa putrinya adalah buta dan tuli serta lumpuh tidak bisa jalan. Mendengar itu sang sufi sedih. Tapi karena ingin mengembalikan hapalannya maka dia besedia menikah. Ternyata setelah dipertemukan, putri si empunya apel adalah sangat cantik. Si empunya apel kemudian berkata, putriku buta masksudnya matanya tidak pernah digunakan untuk melihat yang tidak baik. Tuli maksudnya telinga putriku tidak pernah mendengar yang gosip atau ngerumpi. Lumpuh maksudnya kakinya tidak pernah digunakan untuk melangkah ke tempat maksiat. Sufi itulah adalah bapaknya imam Syafii yang telah hapal Al- Qur'an pada umur 7 tahun.