Pages

Jumat, 27 Maret 2009

CALEG ( Calon legislatif )

Pemilu sebentar lagi. Kampanye sudah berlangsung. Para caleg sudah memasang foto mereka dimana-mana , di tembok atau pagar rumah orang ( yang tentunya jarang ada yang minta izin. kalau minta izin hampir pasti tidak diizinkan oleh yang punya rumah, karena takut dianggap simpatisan suatu partai dan mengotori tembok), di tiang litrik, di atas pohon, di batang pohon, di atas bangunan yang tinggi dan diberbagai tempat lainnya yang mudah di lihat orang.

Berbagai selogan dan cara menempelkan foto. Ada yang fotonya miring, ada yang fotonya sengaja dipasang terbalik, ada yang fotonya didampingi foto orang tuanya yang kiyai terkenal atau ada yang fotonya dipasang berdampingan dengan Pemimpin Partai yang sudah terkenal, atau bahkan ada yang fotonya dipasang bersama dengan foto Barack Obama, yang presiden Amerika Serikat...pokoknya bermacam-macam.

Selogannya untuk manarik simpati masyarakat bermacam-macam pula, misalnya " Dengan menatap gambar saya, saya sudah senang. Mudah-muahan anda mengingatnya pada Pemilu nanti", "Bersih, peduli, propesional", " Berbuat untuk rakyat ", " Bermanfaat bagi masyarakat", " Energik -cerdas - berkualitas", " Insya Alloh amanah dalam menyalurkan aspirasi masyarakat", "50 persen gajiku untuk rakyatku", " Mengedepankan Kepentingan Masyarakat Transfortasi , Pendidikan , Kesehatan dan UKM ", dan lain-lain.

Hari Selasa, 24 Maret 2009, ketika saya sedang duduk di depan komputer, saya mendengar orang membuka pintu gerbang , kemudian mengetuk dengan mengucapkan salam.
Saya intip sebebntar ternyata tamu yang mengetuk pintu tidak saya kenal. Karena di rumah saya suka memakai celana pendek dan kaos oblong saja, lalu dengan terburu-buru saya memakai sarung dan lalu memakai baju koko.

Saya membuka pintu, ternyata tamunya dua orang laki dan perempuan, kelihatannya suami istri dan saya mempersilahkan masuk. Lalu saya tanyakan tujuan kedatangannya ke rumah saya. Tamu tersebut memperkenalkan diri bahwa yang bersangkutan adalah caleg dari salah satu Partai dan menyatakan bahwa yang berangkutan adalah anak dari salah satu kiyai suatu pesantren yang cukup terkenal di kota Bandung.

Kemudian tamu tersebut menyerahkan sebuah kartu nama dan fotonya bersama sang ayah yang seorang Kiyai tersebut. Saya berkata dalam hati baru sekarang ada caleg datang kerumah saya dan memperkenalkan diri serta tujuan dan alasannya menjadi caleg.

Melihat cara bicara dan penampilannya yang sederhana akhirnya saya jadi simpati juga kepada yang bersangkutan. Akhirnya setelah kami berdiskusi selama kurang lebih dua jam kami berangkat shalat magrib di Masjid.

Setelah tamu itu pulang, saya berkata pada isteri saya, seharusnya beginilah cara seorang caleg mencari simpati pemilih. Kita jadi tahu siapa yang harus kita pilih. Tau track recordnya. Tidak seperti beli kucing dalam karung. Apalagi para caleg DPRD tingkat Kota yang sangat berkepentingan untuk memperjuangkan kemajuan daerah yang nanti akan menjadi wilayah kerjanya.
Seorang caleg harus tahu betul karakter masyarakat yang menjadi pendukungnya agar nanti setelah terpilih menjadi caleg dia tidak canggung lagi berhadapan dengan mayarakat.

Bagi seorang muslim adalah suatu kewajiban untuk memilih pemimpin dari golongan orang Islam yang beriman. Walaupun orang Islam tapi kalau tidak beriman kita tidak wajib memilihnya. Dan orang Islam diharamkan memilih pemimpin dari golongan orang-orang yang tidak beriman (kafir), kecuali karena takut akan kezaliman mereka, Seperti firman Alloh dalam surat Ali Imran ayat 28:

"Dan janganlah orang-orang mukmin memilih orang-orang kafir menjadi pemimpin bagi orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang berbuat demikian bukanlah dari agama Alloh sedikitpun. Kecuali kamu takut kepada mereka dengan benar-benar takut. Dan Alloh mempertakutkan kamu dengan diriNya dan kepada Alloh kamu kembali."

1 komentar:

  1. setujuuuu sebg pemilih harus tahu kompetensi caleg

    BalasHapus